Sesungguhnya deraan ujian adalah sesuatu yang
mesti dihadapi oleh semua insan yang telah menyatakan dirinya beriman. Karena
dengan ujian itulah akan menjadi jelas; siapa yang jujur dan siapa yang dusta.
Dengan ujian tersebut akan terlihat kualitas keimanan seorang hamba.
Namun ujian yang datang silih berganti, cobaan
yang mendera tak kenal henti, terkadang membuat banyak orang berjatuhan dijalan
kebenaran yang seharusnya ditempuh sampai mati. Tekad yang telah dibulatkan
untuk meniti jejak generasi pilihan, langkah yang sudah mulai diayunkan
untuk menapaki jalan yang diridhai oleh Ar Rahmaan, tidak jarang kandas
ditengah jalan karena tak kuasa menahan pahit-getirnya perjuangan.
Oleh karena itu, goresan pena yang sederhana ini
sengaja kutulis. ku haturkan…
Kepada anda yang belum lama merasakan manisnya meretas jalan kebenaran…
Kepada anda yang baru saja mulai mengayunkan langkah dibawah naungan hidayah dengan berbekal keikhlasan…
Kepada anda yang telah berpatri hati untuk meniti jalan manusia pilihan…
Kepada anda yang tengah merasakan pahitnya keterasingan ditengah-tengah masyarakat yang telah jauh dari bimbingan kenabian…
Kuhaturkan beberapa kalimat yang sederhana ini, dengan membawa setangkai harapan… semoga ini bisa meringankan bebanmu, lebih memantapkan langkahmu untuk terus maju menggapai keridhoan Rabbmu dan menghilangkan semua kegundahanmu. Bahkan lebih dari itu, semoga dengan ini, semua kesedihan akan menjelma menjadi sikap optimis dan rasa gembira, sebagai ungkapan syukur kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia. Selanjutnya, mudah-mudahan bisa lahir keceriaan dihatimu dan tersimpul senyuman manis diwajahmu…
Ya! Tersenyumlah wahai saudaraku, wahai pembawa
obor kebenaran ditengah gulita kebatilan!!
Allah mengingatkan:
قُلْ بِفَضْلِ
اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُون
“Katakanlah: “Dengan karunia Allah jua dan
dengan kasih-sayang-Nya-lah, dengan yang demikian itu hendaknya mereka bergembira!
Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. QS. Yunus: 58.
a. Engkau adalah Orang Mulia, Meskipun Banyak
Yang menghinakanmu!
Saudaraku! Kita sekarang dizaman akhir. Masa
kenabian telah lama berlalu meninggalkan kita. Kurang lebih dari 14 abad yang
lalu Rasulullah telah dipanggil oleh Allah untuk menyusul
kawan-kawannya yang mulia; dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhadaa’
dan orang-orang yang shaleh.
Coba perhatikan air sungai yang mengalir menuju
sebuah muara! Seiring dengan semakin jauhnya ia dari sumber mata airnya maka
semakin keruh dan kotor pula keadaannya. Demikianlah kira-kira keadaan Islam
yang diamalkan oleh mayoritas kaum muslimin saat ini. Banyak sudah
sampah-sampah idiologi yang disusupkan kepadanya dan bid’ah yang dianggap sebagai
bagian darinya… Hal ini membuat orang yang tidak memiliki pijakan yang kokoh
dalam beragama dengan mudah ikut hanyut dibawa aliran air sampah tersebut.
Namun, kendati demikian, seorang muslim tidak
patut bersedih hati. Disana masih ada kawasan air jernih yang masih terjaga dan
belum terjamah oleh kotoran apapun. Air pada kawasan tersebut sangat bersih dan
bening, sehingga sedikit saja kotoran yang masuk ke dalamnya dengan mudah dapat
dikenali dan disingkirkan. Ketahuilah, sesugguhnya Allah telah menjamin
terpeliharanya kebenaran sampai saat datangnya angin yang berhembus lembut
menjelang hari kiamat nanti, –yang dengan izin Allah angin tersebut akan
merenggut jiwa semua orang beriman yang disentuhnya.
Rasulullah bersabda:
لا تزال طائفة من
أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله وهم كذلك
“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari
umatku yang menang diatas kebenaran; tidak membahayakan mereka orang yang
menghinakan mereka sampai datang keputusan Allah, sementara mereka dalam
keadaan demikian”[1].
Para pengemban Sunnah Nabi yang suci akan
senantiasa memperoleh pertolongan dari Allah sehingga mereka akan senantiasa
dimenangkan atas musuh-musuh mereka sampai datang keputusan dari Allah, yaitu
hari kiamat. Hari kiamat yang dimaksud disini adalah hari kiamat yang khusus
bagi mereka, bukan hari kiamat saat hancurnya alam semesta, karena itu tidak
akan terjadi melainkan pada seburuk-buruknya manusia. Baginda Rasul
bersabda:
لا تقوم الساعة
حتى لا يقال في الأرض الله الله
“Tidak akan tegak hari kiamat sampai tidak
terdengar lagi orang yang menyebut: “Allah…Allah…” diatas permukaan bumi”.[2]
Imam al Hakim rahimahullah telah
meriwayatkan sebuah hadits dari jalan ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash radhiyallahu 'anhu
bahwasanya ia berkata:
ثم يبعث الله ريحا
ريحها ريح المسك و مسها مس الحرير فلا تترك نفسا في قلبه مثقال حبة من الإيمان إلا
قبضته ثم يبقى شرار الناس عليهم تقوم الساعة
“Kemudian Allah akan mengirim angin yang
berhembus; aromanya seperti aroma misk[3] dan sentuhannya seperti sentuhan sutera. Angin tersebut
tidak membiarkan satu jiwa pun yang dihatinya terdapat keimanan sebesar biji
dzarrah melainkan direnggutnya. Kemudian yang tersisa adalah seburuk-buruknya
manusia. Pada merekalah hari kiamat akan terjadi”.[4]. [5]
Sungguh, hadits ini ibarat tetesan embun dipagi
hari yang membasahi hati semua orang beriman… ia laksana segelas air dingin
ketika dahaga menyapa… atau bagaikan secercah cahaya disaat gulita semakin
pekat dan mencekam… seorang mukmin yang mendengarnya pasti akan memanjatkan
syukur yang sebanyak-banyaknya kepada Allah Ta'ala.
Betapa tidak! Ini adalah salah satu nikmat
terbesar yang Allah anugerahkan kepada umat ini. Allah tidak membiarkan
mereka semuanya linglung ditengah-tengah belantara kesesatan tanpa ada
bimbingan… Atau kebingungan dalam gulita kerusakan tanpa ada yang mengarahkan…
Sesungguhnya Allah telah memutuskan akan adanya para pembawa lentera
kebenaran yang menerangi jalan cinta dan keridhoan-Nya bagi siapa saja yang
ingin menitinya, sampai hari kiamat nanti.
Saudaraku, bila engkau komitmen dengan Sunnah
Nabi , sungguh, engkau adalah salah seorang pembawa lentera tersebut! Engkau
senantiasa akan berjaya dengan kebenaran yang engkau bawa, meskipun banyak
orang yang menghinakanmu…
b. Engkaulah Saudara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang
Dirindukannya!
Zaman kita sekarang adalah zaman keterasingan. Islam
yang murni sebagaimana yang ada dimasa kenabian sudah tak banyak yang
mengenalnya. Kemungkaran telah dianggap sebagai kebaikan, bid’ah telah dianggap
sebagai sunnah, bahkan kesyirikan telah dijadikan sebesar-besarnya ketaatan
pada sebagian kalangan. Demi Allah, ini benar-benar fitnah[6] dan kerusakan yang nyata!!
Fitnah dan kerusakan yang menimpa umat Islam
saat ini, sebenarnya, semenjak 14 abad yang silam telah dikabarkan dan
diwanti-wanti oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam. Hal ini terlihat jelas dalam atsar yang
diriwayatkan secara mauquuf[7] dengan jalan shahih dari ‘Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu 'anhu. Suatu ketika Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:
كيف أنتم إذا لبستكم فتنة يهرم فيها الكبير، ويربو فيها الصغير، ويتخذها
الناس سنة، إذا منها شيء قي: تركت السنة؟ قالوا :ومتى ذاك ؟ قال: إذا ذهبت علماؤكم،
وكثرت قُراؤكم، وقَلَّت فقهاؤكم، وكَثُرت أمراؤكم، وقلَّتْ أمناؤكم، والتُمِسَتِ
الدنيا بعمل الآخرة، وتُفُقهَ لغير الدين
“Bagaimana keadaan kalian saat fitnah[8] datang menimpa; orang dewasa menjadi renta
padanya, anak-anak tumbuh-berkembang didalamnya, dan orang-orang pun
menjadikannya sebagai sunnah. Bila fitnah itu dirubah sedikit saja, maka
orang-orang akan mengatakan: “Sunnah telah ditinggalkan”.
Seseorang bertanya: “Kapan itu akan terjadi?”.
Ibnu Mas’ud menjawab: “Bila para ulama kalian
telah tiada, semakin menjamur para qari’ ditengah-tengah kalian, semakin
sedikit ahli fiqh, semakin banyak orang yang memerintah namun semakin sedikit
para pemegang amanah, serta dunia telah dikejar dengan amalan akhirat dan orang-orang
sibuk memperdalam ilmu selain ilmu agama”.[9]
Dalam Risaalah fiy Qiyaam Ramadhan, setelah
membawakan atsar ini, al Haafizh al Albaani rahimahullah berkomentar:
“Hadits ini merupakan salah satu tanda kenabian Nabi dan kebenaran risalah yang
beliau bawa; karena sesugguhnya tiap-tiap point yang ada padanya benar-benar
terjadi pada zaman kita sekarang. Diantaranya adalah bertebarannya
bid’ah dan orang-orang terfitnah dengannya hingga mereka pun menganggapnya
sebagai sunnah dan menjadikannya sebagai suatu agama yang diikuti”.[10]
Subhaanallaah! Memang demikianlah kondisi kita sekarang! Maka
wajarlah bila seorang yang berusaha untuk mengamalkan sunnah saat ini akan
menghadapi berbagai ujian dan cobaan…
Saudaraku, hal ini memang sulit dan butuh
perjuangan!! Namun, ini tidak perlu membuat kita hanyut dalam kesedihan yang
tak berkesudahan.
Kenapa harus bersedih?!
Bila anda adalah orang yang komitmen dengan
Sunnah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka -demi Allah- anda adalah orang mulia lagi terhormat!!
Anda adalah saudara Rasulullah !!
Dengarkanlah apa yang disampaikan oleh sahabat
yang mulia, Abu Hurairah berikut ini!
Abu Hurairah menuturkan: ” Nabi pernah memasuki
areal pekuburan lantas beliau berucap: “Salam ‘alaikum wahai (penghuni) negeri
orang-orang beriman! Kami pun –insya’ Allah- suatu saat akan menyusul kalian.
Duhai, alangkah rindunya hati ini untuk melihat saudara-saudaraku”.
Para sahabat pun bertanya: “Ya Rasulullah!
Bukankah kami adalah saudara-saudaramu?”.
Rasulullah menjawab:
أنتم أصحابي, وإخواننا الذين لم يأتوا بعد
“Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan
saudara-saudaraku adalah orang-orang yang belum kunjung datang sampai saat
ini”.
Para sahabat bertanya: “Bagaimana engkau
mengenal orang yang belum datang dari umatmu ya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam?”.
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab: “Bagaimana pendapatmu sekiranya
seorang memiiliki seekor kuda yang berbulu putih pada jidat dan kaki-kakinya
ditengah-tengah sekawanan kuda yang hitam legam warnanya, bukankah dengan mudah
ia akan mengenali kudanya?”.
Para sahabat menjawab: “Benar ya Rasulullah!”.
Rasulullah melanjutkan: “Sesungguhnya
umatku akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan bercahaya putih pada
jidat, kaki dan tangan mereka karena (bekas air) wudhu’ sementara aku telah
menanti mereka ditelaga. Ketahuilah! Sesungguhnya akan ada beberapa orang yang
kebingungan mencari telagaku sebagaimana bingungnya onta yang tersesat, lantas
aku memanggil-manggil mereka: “Marilah kesini!”, namun kemudian ada yang
mengatakan: “Sesungguhnya mereka telah merubah (agama mereka) setelah engkau
tiada”, maka aku pun berkata: “Enyahlah kalian dariku!! Enyahlah kalian
dariku!!”.[11]
Apa pedulinya seorang muslim, sekiranya banyak
orang menghinakannya, bilamana ia dimuliakan oleh Allah dan Rasul-Nya?
Apa pedulinya seorang muslim, sekiranya
orang-orang dekatnya tega memutuskan tali persaudaraan dengannya hanya karena
ia komitmen dengan sunnah Nabi , bilamana ia menjadi saudara bagi manusia
termulia, Muhammad bin ‘Abdillah Shallallaahu 'alaihi wa sallam?!
Apa pedulinya seorang muslim, sekiranya ia
memang harus terusir dari masyarakatnya karena mempertahankan agamanya,
bilamana ia didekatkan disisi Rasulullah diakhirat kelak?!
Sungguh, ia akan didekatkan ke telaga
Rasul dan minum darinya; yang satu tegukan darinya akan membebaskannya
dari dahaga untuk selamanya. Sebaliknya, orang yang mencampakkan Sunnah dan
menolaknya akan terhalangi dari telaga tersebut, bahkan akan diusir oleh
pemilik telaga, baginda Rasul, Muhammad !
Kepada Allah jua kita berlindung dan memohonkan
keselamatan!!
c. Bagimu Pahala Seperti Pahalanya 10 Orang
Sahabat!
Lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada
keteguhan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya. Seorang yang tinggal di
lingkungan yang baik biasanya lebih mudah untuk beramal Shalih dibanding orang
yang tinggal di lingkungan yang rusak. Namun, bagi anda yang terpaksa harus
tinggal pada lingkungan yang buruk, selagi anda masih bisa beramal shalih,
apalagi menjadi pintu kebaikan bagi orang lain, maka tetap bersabar dan terus
berda’wah adalah yang jalan yang terbaik bagi anda! –insya’ Allah-.
Karena sesungguhnya seorang mu’min yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar
terhadap gangguan mereka lebih baik daripada seorang mu’min yang tidak berbaur
dengan masyarakat dan tidak sabar terhadap gangguan mereka[12].
Bila memang demikian keadaannya, maka
sering-seringlah engkau hadirkan dalam hatimu bahwa ganjaran pahala yang besar
disisi Allah telah menantimu! Sesungguhnya besarnya pahala yang akan diperoleh
sesuai dengan jerih-payah yang didapatkan dalam mengamalkan kebaikan!
Abu Umayyah asy Sya’baaniy bercerita: “Aku
pernah bertanya kepada Abu Tsa’labah al Khusyaniy. Aku berkata: “Wahai Abu
Tsa’labah, bagaimana pendapatmu mengenai ayat ini:[13]
عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ
“…jagalah dirimu…”[14].
Abu Tsa’labah pun menjawab: “Ketahuilah
sesungguhnya aku telah bertanya mengenai ayat ini kepada seorang yang
benar-benar memahaminya; aku telah bertanya kepada Rasulullah, lantas beliau
bersabda:
« بَلِ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ
حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً
وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِى رَأْىٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ – يَعْنِى بِنَفْسِكَ – وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَّ
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى
الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلاً يَعْمَلُونَ
مِثْلَ عَمَلِهِ ».
وَزَادَنِى غَيْرُهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ
قَالَ « أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ ».
“Justru sebaliknya! Hendaklah kalian saling
memerintahkan kepada kebaikan dan saling melarang dari kemungkaran!!
Sampai bilamana kalian telah melihat sifat kikir yang diikuti, nafsu durjana
yang diperturutkan, gelamor dunia yang diutamakan serta masing-masing orang
merasa bangga dengan pendapatnya, maka jagalah dirimu sendiri dan tinggalkanlah
mayoritas orang yang ada, karena sesungguhnya dibelakang kalian nanti akan
datang hari-hari kesabaran; pada saat itu (orang yang komitmen diatas Sunnah)
bagaikan (orang yang) menggenggam bara api. Orang yang mengamalkan (kebaikan)
pada mereka (akan diberi ganjaran pahala) sebagaimana ganjaran pahala lima
puluh orang yang mengamalkan (kebaikan) seperti amalannya”.
Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan:
“Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah! Ganjaran pahala lima puluh orang
dari mereka?”. Rasulullah menjawab: “Ganjaran pahala lima puluh orang dari
kalian”. [15]
Allahu akbar! Sungguh beruntung dirimu
–saudaraku-… Teruslah maju, amalkan dan serukan Sunnah Nabimu! Angkatlah
wajahmu, tataplah ke depan dan ayunkan langkahmu dengan penuh percaya diri
untuk menggapai cinta dan keridhaan Allah I!!!
akhirnya, semoga shalawat dan salam selalu
terlimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad , beserta keluarga dan segenap
sahabatnya.
[1] HR. Muslim (1920).
[2] HR. Muslim (148).
[3] Konon, misk adalah minyak wangi yang sangat
harum semerbak; terbuat dari air sperma kijang yang terkumpul ketika ia akan
menggauli kijang betina. Tampaknya inilah yang disimyalir oleh Al Mutanabbi
dalam ucapannya:
فإن تَفُقِ الأنامَ وأنت
منهم :: فإن المسك بعض دم الغزال
“Sekalipun engkau bisa mengungguli manusia,
engkau adalah bagian dari mereka!
Sesungguhnya minyak misk adalah sebagian
darahnya kijang”.
(perkataan al Mutanabbi ini disebutkan dalam ‘Aruus
al Afraah (3/216) dan ‘Uquud al Jimaan karya as Suyuthiy (72)).
[4] HR. al Hakim dalam Mustadraknya (8409) dan Ibnu
Hibban (6839).
[5] Lihat syarh al ‘Aqidah al Wasithiyyah karya
syeikh al Fauzaan, hal: 6 (dalam maktabah syamilah).
[6] Makna fitnah yang kami maksudkan disini adalah
penyimpangan dalam agama Allah 'azza wa jalla.
[7] Walaupun atsar ini adalah atsar yang muaquuf
pada Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu, akan tetapi maknanya marfu’ sampai kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam Karena Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu tidak mengetahui perkara ghaib; ia tidak mungkin
mengabarkan tentang sesuatu yang akan terjadi melainkan dengan jalan wahyu yang
ia dengar dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam.
[8] Yakni bid’ah dan penyimpangan dalam agama yang
telah menjadi sesuatu yang sangat lumrah dilakukan oleh kaum muslimin. Bahkan
telah dianggap sebagai suatu agama yang tidak boleh diusik kredibilitasnya.
[9] HR. al Hakim dalam mustadraknya (8570),
ad Darimi dalam sunannya (185-186) dan al Baihaqiy dalam syu’ab al
imaan (6951). Mereka meriwayatkan atsar ini dengan beberapa perbedaan
lafazh. Adapun yang kami cantumkan disini adalah lafazh yang kami nukil dari Risaalah
fiy Qiyaam Ramadhaan karya al Haafizh al-albaaniy rahimahullah.
[10] Risaalah fiy qiyaam Ramadhaan: hal 2
dalam maktabah syamilah.
[11] HR. Muslim (249), Ahmad (7980), Ibnu Majah
(4306), Ibnu Hibban (1046), an Nasaa-I (150) dan lain-lain.
[12] Ini adalah makna hadits yang diriwayatkan oleh
al Bukhariy dalam al Adab al Mufrad (388), Ahmad dalam musnad nya
(5022), Ibnu Majah (4032), at Tirmidziy (2507), dan lain-lain.
[13] Tampaknya Abu Umayyah memahami bahwa maksud
ayat ini adalah; seyogyanya seorang muslim sibuk membenahi kekurangan dirinya
dan tidak perlu sibuk mengurusi dan mendakwahi orang lain.
[14] Ayat ini secara lengkap adalah sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri
kalian; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila
kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka
Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. QS. Al Maa-idah:
105.
[15] HR. Abu Dawud (4343).
*semoga Allah subhaanahu wata'aala memasukkan penulis ke Jannah Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar