dari kanan ke kiri (Godaan Syaithan) kalo dari kiri ke kanan (hidayah) |
Busana
muslimah, jilbab, adalah simbol identitas. Busana muslimah sekaligus merupakan
simbol mental baja pemakainya. Gimana nggak, dalam kondisi masyarakat yang
rusak bin amburadul ini masih ada orang yang berani tampil dan bangga dengan
jilbab. Maklum saja, jaman sekarang ini jaman amburadul, utamanya kaum wanita
dalam soal busana. Nggak abis pikir memang.
Mereka
mengusung feminisme..
Sebagian feminis dan yang sekonco dengannya berkata,
"Jilbab itu tidak wajib. Saya merasa tidak perlu itu. Yang terpenting
adalah menjilbabkan hatinya dulu. Banyak kok yang berjilbab tapi hatinya
busuk."
Sebagai orang yang berakal, kita bisa mengakali jawaban atau menjawab berdasar pada akal. Seperti ini:
"Anda juga tidak perlu memakai celana. Yang penting mencelanai kemaluan Anda. Dalam hal ini, Anda sudah bagus memakai celana dalam. Saya fikir Anda tidak perlu jalan ke luar rumah memakai rok.
Tapi sepertinya bagi Anda memakai celana dalam pun tidak perlu. Banyak kok orang memakai celana dalam tapi busuk hatinya."
Feminis tersinggung, "Saya masih punya harga diri dan menutup kemaluan saya!"
Tanggap, "Tapi hati Anda sudah dicelana dalamkan ga? Oh ya, Anda kenapa memakai bra? Bagi saya itu tidak penting. Yang penting Anda mem-bra-kan hati Anda. Seharusnya Anda telanjang saja seperti anjing betina. Yang penting 'hati' Anda sudah memakai jilbab, bra dan celana dalam. Anda siap telanjang sekarang di depan orang2?"
Feminis menjawab, "Saya sedia! Selama Anda tidak menilai hati saya hanya berdasarkan ketelanjangan saya. Anda tidak tahu hati saya seperti apa. Hanya Tuhan yang tahu hati manusia."
Jawablah: "Kalau begitu, Anda tidak tahu malu dan tidak konsisten. Anda tadi bilang bahwa Anda masih mau menutupi kemaluan dengan celana. Ternyata sekarang Anda malah jadi tidak tahu malu siap sedia telanjang di sini.
Anda tidak konsisten juga ketika Anda mengatakan hanya Tuhan yang tahu hati manusia. Tapi sebelumnya Anda menilai hati banyak jilaber busuk. Berarti Anda tuhan kah? Kok tahu kebusukan hati mereka?"
Feminis meradang, "Mereka berhati busuk karena tingkah mereka yang busuk. Itu cerminan!"
Jawab saja : "Oh begitu. Kalau begitu Anda lebih jelek dan busuk dari mereka. Mereka masih mau tutup aurat dan turut perintah Tuhan. Lah Anda? Sedia telanjang dan melanggar perintah Tuhan. Sudah begitu, masih pura-pura berkemaluan pula. Memangnya Anda punya!?
:::::
Menurut Kefgen dan Touchie-Specht,
pakaian mempunyai 3 fungsi.
Pertama: Deferensiasi, dengan pakaian orang
membedakan dirinya, kumpulannya atau golongannya dari orang lain. Pakaian
memberikan identiti - memperteguhkan konsep diri. Pakaian Tholibul 'ilmi
berbeda dengan pakaian preman.
Kedua, Sikap, pakaian muslimah mendorong
pemakainya untuk bersikap sesuai dengan citra diri Muslimah. Dengan memakai
uniform golongan tertentu maka ia telah melepaskan haknya untuk bertindak bebas
kerana terikat dengan etika golonganya. Seorang polisi yang berpakaian uniform
akan merasa tingkahlakunya berbeda ketika ia berpakaian biasa. Seorang "ustadzah"
yang menanggalkan kain dan menggantikannya dengan "blue-jeans" dan
"T-Shirt" akan merasa perubahan sikap.
Ketiga, Emosi, pakaian juga mempunyai fungsi
emosional. Pakaian mencerminkan emosi pemakainya dan pada saat yang sama,
mempengaruhi emosi orang lain.Ketika seorang wanita berpakaian serba mini
maka seorang lelaki akan melepaskan gelora emosinya (baca:nafsu!) Dalam
hubunganya dengan busana muslimah wanita yang memakainya akan menjaga
perilakunya sesuai dengan pemakai pakaian muslimah. Ia tidak akan melakukan sexual
harassment , ia tidak akan berani berbuat tak senonoh - paling-paling
"gangguan" kecil seperti ucapan "assalaimualaikum",
"ustadzah" yang dilontarkan
secara main-main.
:::::
إذا
المرء لم يلبس ثياباً من التقى :: تقلب عرياناً وإن كان كاسياً
"Jika seseorang tidak memakai pakaian ketakwaan maka ia
berubahlah ia telanjang meskipun ia berbusana"
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ
النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ
يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ
مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ
الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ
كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan
dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: 1. Suatu kaum yang memiliki
cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan, 2. Para wanita yang
berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta
yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium
baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR.
Muslim no. 2128)
Kriteria Jilbab
Wanita Muslimah
Jika seorang wanita
keluar dari rumahnya, maka ia wajib menutup seluruh anggota badannya dan tidak
menampakkan sedikitpun perhiasannya, maka ia harus menggunakan pakaian (jilbab)
yang memenuhi syarat-syarat.
Beberapa syarat hijab yang harus terpenuhi:
1.
Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang
paling rajih / terang
2.
Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan.
3.
Tebal dan tidak tipis atau trasparan.
4.
Longgar dan tidak sempit atau ketat.
5.
Tidak memakai wangi-wangian.
6.
Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir.
7.
Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Tidak
bermaksud memamerkannya kepada orang-orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar